Jenis-Jenis Jamur Budidaya Untuk Konsumsi




Di Indonesia ada beberapa jenis jamur yang telah dikenal umum dan dibudidayakan antara lain jamur merang (Volvariella Volvaceae), jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur kuping (Auricularia auricula), dan jamur shiitake (Lentinus edodes). Kini sudah ada beberapa petani yang membudidayakan jenis jamur lainnya seperti Inokitake/Taoge (Flamulina velutives), maitake (Grifola frondosa), dan jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum).

1. Jamur Merang (Volvariella Volvaceae)
Morfologi
Tudung mempunya diameter 5-14 cm dengan bentuk bundar telur yang kemudian menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat tua kadang-kadang mendekati rata; permukaan kering, warna cokelat sampai cokelat keabu-abuan, kadang-kadang bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih ketika masih muda dan menjadi merah jambu jika spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk pada bagian dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran. Membentuk volva seperti mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, seringkali bercuping.
Jejak spora merah jambu, ukuran spora 7-9 x 5-6 mikron, menjorong dan licin.
Habitat
Di alam, jamur merang banyak dijumpai hidup bergerombol pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji, dan tandan kosong kelapa sawit.

2. Jamur Kancing/Champignon (Agaricus Bisporus)
Morfologi
Tudung berdiameter 3-16 cm, bentuknya bulat cembung sewaktu muda dan seiring bertambangnya umur jamur sering kali bentuknya rata atau agak tertekan, seluruhnya berwarna putih dan ketika dewasa warna berubah menjadi cokelat pucat atau bergaris-garis cokelat, permukaannya kering, dalam keadaan kering akan pecah menjadi sisik-sisik, ketika muda bagian tepi tudung (kadang sampai bilah) menggulung kebawah. Dalam keadaan segar tudung terlihat tebal dan kokoh, putih, ketika dipotong biasanya berubah warna dari cokelat kemerahan sampai oranye dan baunya seperti buah.
Ketika dewasa, bilah rapat, berwarna merah muda sampai cokelat dan akhirnya berwarna cokelat kehitaman. Panjang tangkai  2-8 cm dan berdiameter 1-3 cm, gemuk, kuat, membesar dibagian dasar, berwarna putih dan pada fase dewasa menjadi kecoklatan, licin, agak bersisik seperti kapas dibawah cincin.Cadar berselaput, mengapas, putih, dua lapis, dengan bertambahnya umur pada tangkai yang akan luruh membentuk cincin, permukaan atas bergaris-garis.
Jejak spora cokelat,  spora berukuran 5,5-8,5 x 4-6,5 mikron, berbentuk elips, licin. Basidium kebanyakan memiliki 2 spora.
Habitat
            Tumbuh berpencar atau bergerombol pada kompos, kotoran hewan, tanah subur, kebun,  di alam tubuh buah jamur tumbuh pada musim dingin.

3. Jamur Kuping (Auricularia Auricula)
Morfologi
            Dalam keadaan segar tubuh buah kenyal seperti gelatin atau jelly dan ketika kering menjadi keras, berbentuk seperti kuping, diameter 2-15 cm, tipis berdaging dan kenyal. Permukaan luar steril, kadang berurat, berbulu, berwarna coklat dan ketika mengering menjadi kehitaman. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut, jika basah seperti jelly atau gelatin, berwarna unggu dan ketika kering menjadi kehitaman. Tidak memiliki tangkai.
            Jejak spora putih, spora berada permukaan dalam biasanya pada permukaan bagian bawah, spora berukuran 12-8 x 4-8 mikron, berbentuk sosis, licin. Basidium mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah.
Habitat.
            Hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mari, tunggul kayu dan lain-lain, melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada kayu keras dan konifer. Sering kali dijumpai pada musim hujan.

4. Jamur Shiitake (Lentinula Edodes)
Morfologi
            Tudung berdiameter 4-20 cm rata-rata 5-12 cm, bentuk cembung sampai agak datar dan berputing kecil pada bagian tengahnya, permukaan kering, berserta dengan kutikula bersisik, berwarna pucat sampai cokelat kemerahan. Konteks putih atau kecokelatan dekat kutikula, padat berdaging, lebih lunak pada yang belum dewasa, rasa agak asam, bau ringan dan dalam keadaan kering agak keras baunya. Bilah berwarna putih dan secara bertahap dengan bertambahnya umur menjadi kecokelatan, bilah seringkali memisah, rapat, sedikit menggergaji dan bergerigi. Tangkai panjang 3-5 cm berdiameter 8-13 mm, agak membesar dibagian dasarnya, padat dan kuat, permukaan diselimuti cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina.
            Spora berukuran 5,5-6,5 x 3,0-3,5 mikron, subsilindrik, nonamiloid, polos dengan dinding tipis. Dasidium memiliki 4 spora, tidak ada pleurosistidium. Trama dengan hifa berdinding tebal hingga 1,6 mikron saling jalin menjalin. Hifa hialin (tidak berwarna) berdiameter 5-7 mikron dan mempunyai sambungan apit.
Habitat
            Dialam, jamur shiitake banyak dijumpai tumbuh pada pohon dari famili Fagaceae yang tumbang. Jamur ini hidup sebagai saprob, yaitu hidup dari bahan organik yang telah mati.

5. Jamur Tiram (Pleorotus Ostreatus)
Morfologi
            Tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian rata seperti membentuk corong, permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tidak lengket, warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat atau cokelat tua dan kadang-kadang pada jamur dewasa berwarna kekuning-kuningan, tepi menggulung kedalam. Daging tebal, berwarna putih. Bilah berdekatan, lebar, warna putih atau keabu-abuan dan pada umur dewasa berwarna kekuning-kuningan. Tangkai pendek, panjang 0,5-4 cm, gemuk, padat, kuat, kering.
            Jejak spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keungu-unguan berukuran 7-9 x 3-4 mikron, bentul lonjong, licin, nonamiloid.
Habitat
            Jamur tiram tumbuh soliter. Di alam jamur tiram banyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi.


Memanfaatkan Limbah Kardus Sebagai Media Jamur Merang


Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam mendorong perkembangan ekonomi Indonesia.  Oleh karenanya sektor pertanian harus dapat memacu diri untuk meningkatkan hasilnya.
Pemanfaatan limbah disekitar lingkungan kita setidaknya menjadi alternatif dalam peningkatan produksi pertanian. Limbah kardus misalnya, banyaknya sumber bahan baku kardus menjadi salah satu media dalam melakukan budidaya jamur merang. Selama ini budidaya jamur merang menggunakan jerami, limbah kapas, ampas aren dll.
Jamur dapat tumbuh pada media limbah karena jamur mampu mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuan tersebut, jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah.
Saat ini lebih dari 15 jenis jamur telah dibudidayakan diseluruh dunia, terbanyak di Cina dan Jepang.  Budidaya jamur di Indonesia relatif baru dibandingkan dengan negara lain seperti, Taiwan, Perancis, Italia, Amerika dan banyak negara lainnya. Keunggulan komparatif budidaya jamur dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya yaitu; tidak diperlukan lahan yang luas seperti kebutuhan lahan pada budidaya tanaman lainnya yang dapat menjadi kendala dan membatasi pengembangan usaha pertanian, sehingga usaha budidaya jamur merupakan solusi bagi petani yang memiliki luas lahan terbatas; bahan baku utama budidaya jamur berasal dari limbah pertanian, perkebunan dah kehutanan serta limbah kardus yang ketersediaannya berlimpah; budidaya jamur merupakan usaha pertanian yang berwawasan lingkungan dan limbah budidaya jamur dapat memberikan nilai tambah jika diolah menjadi campuran pupuk organik atau media tanam tumbuhan; produk jamur memiliki keunggulan lebih dari produk sayuran lain karena kandungan gizinya yang tinggi dan harga relatif murah sehingga potensial untuk memperbaiki gizi masyarakat, bahkan beberapa jenis jamur konsumsi ada yang berkhasiat obat sehingga jamur merupakan makanan sehat yang berkhasiat obat; budidaya jamur dapat dijadikan usaha agribisnis yang berkelanjutan, kegiatan pasca panennya dapat dijadikan produk olahan makanan dan obat yang memiliki nilai tambah yang tinggi; Indonesia memiliki ekogeografi dan mikroklimat tersendiri sebagai daerah tropika dengan kelembaban udara yang tinggi serta tidak memiliki 4 musim merupakan tempat budidaya yang ideal untuk berbagai jenis jamur, dan jamur yang memerlukan suhu relatif tinggi pada dataran rendah dan jamur yang memerlukan suhu relatif rendah pada dataran tinggi serta dapat berproduksi sepanjang tahun.
Budidaya jamur prinsipnya adalah memindahkan proses dekomposisi mated organik oleh mikroorganisme (jamur) di alam ke ruang yang sederhana dan terkendali yang dilandasi tujuan ekonomi. Budidaya jamur dalam perspektif ekologi-ekonomi adalah salah satu proses siklus mated di ekosistem yang berdampak ekonomi. Budidaya jamur memanfaatkan limbah sebagai media proses sehingga limbah tersebut memiliki nilai ekonomis yang cukup besar bagi pendapatan masyarakat.